BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Empowerment
yang
dalam bahasa Indonesia berarti “pemberdayaan”, adalah sebuah konsep yang lahir
sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat kebudayaan Barat,
utamanya Eropa. Memahami konsep empowerment secara tepat harus memahami
latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep empowerment mulai
nampak sekitar dekade 70-an dan terus berkembang hingga 1990-an. (Pranarka
& Vidhyandika,1996).
Pranarka dan Vidhyandika (Hikmat,
2004) menjelaskan bahwa konsep pemberdayaan dapat dipandang sebagai bagian atau
sejiwa sedarah dengan aliran yang muncul pada paruh abad ke-20 yang lebih
dikenal sebagai aliran ostmodernisme. Aliran ini menitikberatkan pada
sikap dan pendapat yang berorientasi pada jargon antisistem, antistruktur, dan
antideterminisme yang diaplikasikan pada dunia kekuasaan. Pemahaman konsep
pemberdayaan oleh masing-masing individu secara selektif dan kritis dirasa
penting, karena konsep ini mempunyai akar historis dari perkembangan alam
pikiran masyarakat dan kebudayaan barat. Prijono Dan Pranarka (1996) membagi
dua fase penting untuk memahami akar konsep pemberdayaan, yakni: pertama,
lahirnya Eropa modern sebagai akibat dari dan reaksi terhadap alam pemikiran,
tata masyarakat dan tata budaya Abad Pertengahan Eropa yang ditandai dengan
gerakan pemikiran baru yang dikenal sebagai Aufklarung atau Enlightenment,
dan kedua, lahirnya aliran aliran pemikiran eksistensialisme,
phenomenologi, personalisme yang lebih dekat dengan gelombang Neo-Marxisme,
Freudianisme, strukturalisme dan sebagainya.
Perlu upaya mengakulturasikan konsep
pemberdayaan tersebut sesuai dengan alam pikiran dan kebudayaan Indonesia.
Perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan Barat diawali dengan proses
penghilangan harkat dan martabat manusia (dehumanisasi). Proses penghilangan
harkat dan martabat manusia ini salah satunya banyak dipengaruhi oleh kemajuan
ekonomi dan teknologi yang nantinya dipakai sebagai basis dasar dari kekuasaan
(power).
1.2.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian pemberdayaan masyarakat ?
2. Apa
tujuan dari gerakan pemberdayaan masyarakat ?
3. Apa
ciri dari gerakan pemberdayaan masyarakat ?
4. Apa
prinsip dari gerakan pemberdayaan masyarakat ?
5. Apa
saja jenis gerakan pemberdayaan masyarakat ?
6. Bagaimana
proses dari gerakan pemberdayaan masyarakat ?
7. Apa
saja langkah-langkah gerakan pemberdayaan masyarakat ?
8. Bagaimana
pendekatan gerakan pemberdayaan masyarakat ?
9. Siapa
sasaran dari gerakan pemberdayaan masyarakat ?
10. Apa
saja indikator dan kunci keberhasilan gerakan pemberdayaan masyarakat ?
11. Bagaimana
gerakan pemberdayaan masyarakat di rumah sakit ?
12. Apa
saja peran petugas kesehatan ?
13. Bagaimana peran serta masyarakat
tentang upaya UKBM ?
1.3.
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian gerakan pemberdayaan masyarakat.
2. Mengetahui
tujuan dari gerakan pemberdayaan masyarakat.
3. Mengetahui
ciri dari gerakan pemberdayaan masyarakat.
4. Mengetahui
prinsip dari gerakan pemberdayaan masyarakat.
5. Mengetahui
apa saja jenis gerakan pemberdayaan masyarakat.
6. Mengetahui
proses dari gerakan pemberdayaan masyarakat.
7. Mengetahui
apa saja langkah-langkah gerakan pemberdayaan masyarakat.
8. Mengetahui
pendekatan gerakan pemberdayaan masyarakat.
9. Mengetahui
sasaran dari gerakan pemberdayaan masyarakat.
10. Mengetahui
indikator dan kunci keberhasilan dari gerakan pemberdayaan masyarakat.
11. Mengetahui
gerakan pemberdayaan masyarakat di rumah sakit.
12. Mengetahui
apa saja peran petugas kesehatan.
13. Mengetahui peran serta masyarakat
tentang upaya UKBM ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Gerakan pemberdayaan masyarakat adalah
suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah
upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).
Shardlow
dalam Jackie Ambadar (2008) menyebutkan pemberdayaan masyarakat atau community
development (CD) intinya adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan
mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan
mereka. Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai upaya yang disengaja
untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan, dan
mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan
networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian
secara ekonomi, ekologi, dan sosial.
Gerakan
pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan kemampuan
masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya.
Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan kemampuan dan kemandirian
masyarakat agar dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang
dimiliki untuk mencapai kemajuan (Wahyudin, 2012).
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga
merupakan cara untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat
masyarakat mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Strategi ini
tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif.
Bidang
pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu ekonomi, sosial
(termasuk di dalamnya bidang pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya), dan
bidang lingkungan. Sedangkan masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep yaitu
masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang
sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah pertokoan atau
sebuah kampung di wilayah pedesaan.
Hikmat
(2001) menyebutkan pemberdayaan dalam wacana pembangunan selalu dihubungkan
dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringankerja, dan keadilan. Pada dasarnya,
pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Isbandi
Rukminto Adi (2008) menyatakan pembangunan masyarakat digunakan untuk
menggambarkan pembangunan bangsa secara keseluruhan.
Dalam
arti sempit istilah pengembangan masyarakat di Indonesia sering dipadankan
dengan pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan desa dan kelurahan
berada pada tingkatan yang setara sehingga pengembangan masyarakat (desa)
kemudian menjadi dengan konsep pengembangan masyarakat lokal (locality development).
UKBM
(upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah satu wujud nyata peran
serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu memacu
munculnya berbagai bentuk UKBM lainnya seperti Polindes, POD (pos obat desa),
pos UKK (pos upaya kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana sehat dan
lain-lain.
2.2
Tujuan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat
Gerakan
pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoadmojdo, 2007).
Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
sehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk :
1.
Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan
pemahaman akan kesehatan bagi individu, kelompok atau masyarakat.
Pengetahuan dan kesadaran tentang cara – cara memelihra dan meningkatkan
kesehatan adalah awal dari keberdayaan kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan
merupakan tahap awal timbulnya kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil
proses belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang dimulai dengan
adanya alih pengetahuan dari sumber belajar kepada subyek belajar. Oleh sebab
itu masyarakat yang mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan juga melalui proses
belajar kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi kesehatan. Dengan
informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya adalah
pengetahuan kesehatan.
2.
Timbulnya kemauan atau kehendak
ialah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan pemahaman terhadap obyek,
dalam hal ini kesehatan. Kemauan atau kehendak merupakan kecenderungan untuk
melakukan suatu tindakan. Oleh sebab itu, teori lain kondisi semacam ini
disebut sikap atau niat sebagai indikasi akan timbulnya suatu tindakan. Kemauan
ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin juga tidak atau
berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan menjadi tindakan
sangat tergantung dari berbagai faktor. Faktor yang paling utama yang mendukung
berlanjutnya kemauan adalah sarana atau prasarana untuk mendukung tindakan
tersebut.
3.
Timbulnya kemampuan masyarakat di
bidang kesehatan berarti masyarakat, baik seara individu maupun kelompok, telah
mampu mewujudkan kemauan atau niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau
perilaku sehat.
Suatu
masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila :
1.
Mereka mampu
mengenali masalah kesehatan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat
tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang
penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan
zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.
2.
Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri
dengan mengenali potensi potensi masyarakat setempat.
3.
Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai
ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
4.
Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan
terus-menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran,
olahraga, konsultasi dan sebagainya.
2.3
Ciri
Gerakan Pemberdayaan Masyarakat
Suatu
kegiatan atau program dapat dikategorikan ke dalam pemberdayaan masyarakat
apabila kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat
memperkuat, meningkatkan atau mengembangkan potensi masyarakat setempat guna
mencapai tujuan yang diharapkan. Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat
tersebut bermacam-macam, antara lain sebagai berikut :
1.
Tokoh atau pimpinan masyarakat (Community leader)
Di sebuah mayarakat apapun baik pendesaan, perkotaan maupun
pemukiman elite atau pemukiman kumuh, secara alamiah aka terjadi kristalisasi
adanya pimpinan atau tokoh masyarakat. Pemimpin atau tokoh masyarakat dapat
bersifat format (camat, lurah, ketua RT/RW) maupun bersifat informal (ustadz,
pendeta, kepala adat). Pada tahap awal pemberdayaan masyarakat, maka petugas
atau provider kesehatan terlebih dahulu melakukan pendekatan-pendekatan kepada
para tokoh masyarakat.
2.
Organisasi masyarakat (community
organization)
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi
kemasyarakatan baik formal maupun informal, misalnya PKK, karang taruna,
majelis taklim, koperasi-koperasi dan sebagainya.
3.
Pendanaan masyarakat (Community
Fund)
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan dana sehat, maka secara
ringkas dapat digaris bawahi beberapa hal sebagai berikut: “Bahwa dana sehat
telah berkembang di Indonesia sejak lama(tahun 1980-an) Pada masa
sesudahnya(1990-an) dana sehat ini semakin meluas perkembangannya dan oleh
Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat)
4.
Material masyarakat (community
material)
Seperti telah diuraikan disebelumnya sumber daya alam adalah
merupakan salah satu potensi msyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber
daya alam yang berbeda yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan.
5.
Pengetahuan masyarakat (community
knowledge)
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh pemberdayaan
masyarakat yang meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat.
6.
Teknologi masyarakat (community
technology)
Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air
bersih menggunakan pasir atau arang, untuk pencahayaan rumah sehat menggunakan
genteng dari tanah yang ditengahnya ditaruh kaca. Untuk pengawetan makanan
dengan pengasapan dan sebagainya.
2.4
Prinsip
Gerakan Pemberdayaan Masyarakat
Prinsip gerakan pemberdayaan
masyarakat adalah menumbuhkan kemampuan masyarakat dari dalam masyarakat itu
sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari luar.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses memanpukan masyarakat dari oleh dan untuk
masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip
pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan :
1.
Menumbuhkembangkan potensi
masyarakat.
Didalam
masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung keberhasilan program
– program kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi potensi sumber daya manusia dan
potensi dalam bentuk sumber daya alam /
kondisi geografis.
Tinggi
rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas lebih ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia.
Sedangkan potensi sumber daya alam yang ada di suatu masyarakat adalah given. Bagaimanapun melimpahnya
potensi sumber daya alam, apabila tidak didukung dengan potensi sumber daya
manusia yang memadai, maka komunitas tersebut tetap akan tertinggal, karena
tidak mampu mengelola sumber alam yang melimpah tersebut.
2.
Mengembangkan gotong royong
masyarakat.
Potensi
masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya
gotong royong dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas kesehatan atau
provider dalam gotong royong masyarakat adalah memotivasi dan memfasilitasinya,
melalui pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan dalam
masyarakatnya.
3.
Menggali kontribusi masyarakat.
Menggali dan mengembangkan potensi masing –
masing anggota masyarakat agar dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan
terhadap program atau kegiatan yang direncanakan bersama. Kontribusi masyarakat
merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga, pemikiran atau
ide, dana, bahan bangunan, dan fasilitas – fasilitas lain untuk menunjang usaha
kesehatan.
4.
Menjalin kemitraan
Jalinan
kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga
swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama
yang disepakati. Membangun kemandirian atau pemberdayaan masyarakat, kemitraan
adalah sangat penting peranannya.
5.
Desentralisasi
Dalam
pemberdayaan masyarakatpada hakikatnya memberikan kesempatan kepada masyarakat
lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu,
segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional
yakni masyarakat setempat sesuai dengan kultur masing-masing komunitas dalam
pemberdayaan masyarakat, peran sistem yang ada diatasnya adalah:
a.
Memfasilitasi masyarakat dalam
kegiatan-kegiatan atau program-program pemberdayaan. Misalnya masyarakat ingin
membangun atau pengadaan air bersih, maka peran petugas adalah memfasilitasi
pertemuan-pertemuan anggota masyarakat, pengorganisasian masyarakat, atau
memfasilitasi pertemuan dengan pemerintah daerah setempat, dan pihak lain yang
dapat membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
b.
Memotivasi masyarakat untuk
bekerjasama atau bergotong-royong dalam melaksanakan kegiatan atau program
bersama untuk kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut. Misalnya,
masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar
rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka
petugas provider kesehatan berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota
masyarakat yang bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi terhadap
program atau upaya tersebut.
2.5
Jenis
Gerakan Memberdayaan Masyarakat
2.5.1
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling
memasyarakatkan saat ini. Gerakan posyandu ini telah berkembang dengan pesat
secara nasional sejak tahun 1982. Saat ini telah populer di lingkungan desa dan
RW diseluruh Indonesia. Posyandu meliputi lima program prioritas yaitu: KB,
KIA, imunisasi, dan pennaggulangan diare yang terbukti mempunyai daya ungkit
besar terhadap penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah satu tempat
pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung bersentuhan dengan masyarakat
level bawah, sebaiknya posyandu digiatkan kembali seperti pada masa orde baru
karena terbukti ampuh mendeteksi permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai
daerah. Permasalahn gizi buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan
masalah kesehatan lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah
dihindarkan jika posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh.
Kegiatan posyandu lebih dikenal
dengan sistem lima meja yang meliputi:
1. Meja 1 : pendaftaran
2. Meja 2 : penimbangan
3. Meja 3 : pengisian kartu menuju sehat
4. Meja 4 : penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vitamin A dan
tablet besi
5. Meja 5 : pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan serta pelayanan
keluarga berencana.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah
posyandu adalah tidak sedikit jumlah posyandu diberbagai daerah yang semula ada
sudah tidak aktif lagi.
2.5.2
Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Pondok
bersalin desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan
pelayanan dan kesehatan ibu serta kesehatan anak lainnya. Kegiatan pondok
bersalin desa antara lain melakukan pemeriksaan (ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, bayi dan balita), memberikan
imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu dan
anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader dan mayarakat.
Polindes
ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan dalam KIA, yaitu kesenjangan
geografis, kesenjangan informasi, kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan sosial
budaya. Keberadaan bidan di tiap desa diharapkan mampu mengatasi kesenjangan
geografis, sementara kontak setiap saat dengan penduduk setempat diharapkan
mampu mengurangi kesenjangan informasi. Polindes dioperasionalkan melalui kerja
sama antara bidan dengan dukun bayi, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan
sosial budaya, sementara tarif pemeriksaan ibu, anak, dan melahirkan yang
ditentukan dalam musyawarah LKMD diharapkan mamou mengurangi kesenjangan
ekonomi.
2.5.3
Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat
Desa (WOD)
Pos
obat desa (POD) merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam pengobatan
sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat
(penyakit rakyat/penyakit endemik)
Di lapangan POD dapat berdiri
sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM yang ada. Gambaran situasi
POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanan menyediakan obat bebas dan
obat khusus untuk keperluan berbagai program kesehatan yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi setempat. Beberapa pengembangan POD antara lain :
1. POD murni, tidak terkait dengan UKBM
lainnya.
2. POD yang diintegrasikan dengan dana
sehat.
3. POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu.
4. POD yang dikaitkan dengan pokdes/polindes.
5. Pos Obat Pondok Pesantren (POP) yang
dikembangkan di beberapa pondok pesantren.
2.5.4
Dana Sehat
Dana
telah dikembangkan pada 32 provinsi meliputi 209 kabupaten/kota. Dalam
implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat, antara lain sebagai
berikut:
1. Dana sehat pola usaha kesehatan
sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34 kabupaten dan telah mencakup 12.366
sekolah.
2. Dana sehat pola pembangunan
kesehatan masyarakat desa (PKMD) dilaksanakan pada 96 kabupaten.
3. Dana sehat pola pondok pesantren,
dilaksanakan pada 39 kabupaten/kota.
4. Dana sehat pola koperasi unit desa
(KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23 kabupaten, terutama pada KUD yang sudah
tergolong mandiri.
5. Dana sehat yang dikembangkan lembaga
swadaya masyarakat (LSM) dilaksanakan pada 11 kabupaten/kota.
6. Dana sehat organisasi/kelompok
lainnya (seperti tukang becak, sopir angkutan kota dan lain-lain), telah
dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota.
Seharusnya
dana kesehatan merupakan bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan bagi anggota
masyarakat yang belum dijangkau oleh asuransi kesehatan seperti askes, jamsostek,
dan asuransi kesehatan swasta lainnya. Dana sehat berpotensi sebagai wahana
memandirikan masyarakat, yang pada gilirannya mampu melestarikan kegiatan UKBM
setempat. Oleh karena itu, dana sehat harus dikembangkan keseluruh wilayah,
kelompok sehingga semua penduduk terliput oleh dana sehat atau bentuk JPKM
lainnya.
2.5.5
Lembaga Swadaya Masyarakat
Di
tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya masyarakat (LSM), namun
sampai sekarang yang tercatat mempunyai
kegiatan di bidang kesehatan hanya 105 organisasi LSM. Ditinjau dari segi
kesehatan, LSM ini dapat digolongkan menjadi LSM yang aktivitasnya seluruhnya
kesehatan dan LSM khusus antara kain organisasi profesi kesehatan, organisasi
swadaya internasional.
Dalam hal ini kebijaksanaan yang
ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan peran serta masyarakat
termasuk swasta pada semua tingkatan.
2. Membina kepemimpinan yang
berorientasi kesehatan dalam setiap organisasi kemasyarakatan.
3. Memberi kemampuan, kekuatan dan
kesempatan yang lebih besar kepada organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah
dalam pembangunan kesehatan dengan kemampuan sendiri.
4. Meningkatkan kepedulian LSM terhadap
upaya pemerataan pelayanan kesehatan.
5. Masih merupakan tugas berat untuk
melibatkan semua LSM untuk berkiprah dalam bidang kesehatan.
2.5.6
Upaya Kesehatan Tradisional
Tanaman
obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di halaman atau ladang yang
dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan dengan peran
serta masyarakat, TOGA merupakan wujud partisipasi mereka dalam bidnag
peningkatan kesehatan dan pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat
tradisional. Fungsi utama dari TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat
dipergunakan antara lain untuk menjaga meningkatkan kesehatan dan mengobati
gejala (keluhan) dari beberapa penyakit yang ringan. Selain itu, TOGA juga
berfungsi ganda mengingat dapat dipergunakan untuk memperbaiki gizi masyarakat,
upaya pelestarian alam dan memperindah tanam dan pemandangan.
2.5.7
Pos Gizi (Pos Timbangan)
Salah
satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk
kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang
selanjutnya dapat menurunkan status gizi. Dengan sasaran kegiatan yakni bayi
berumur 6-11 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, anak umur 12-23 bulan
terutama mereka dari keluarga miskin, anak umur 24-59 bulan terutama mereka
dari keluarga miskin, dan seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang
menderita kurang gizi.
Perlu
ditekankan bahwa untuk kegiatan pada pos gizi ini apabila setelah diberikan PMT
anak masih menderita kekurangan energi protein (KEP) maka, makanan tambahan
terus dilanjutkan sampai anak pulih dan segera diperiksakan ke puskesmas
(dirujuk).
2.5.8
Pos KB Desa (RW)
Sejak
periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah berkembang secara
rasional hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran program
berupa peningkatan jumlah akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat desa
telah dikembangkan Pos KB Desa (PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB
atau petugas KB ditingkat kecamatan.
2.5.9
Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Lingkup
kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda dengan Pos Obat Desa namun pos
ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat disekitar pesantren
yang seperti diketahui cukup menjamur di lingkungan perkotaan maupun pedesaan.
2.5.10
Saka Bhakti Husada (SBH)
SBH
adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dna keterampilan dibidnag
kesehatan bagi generasi muda khususnya anggota Gerakan Pramuka untuk membaktikan
dirinya kepada masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Sasarannya
adalah peserta didik antara lain : Pramuka penegak, penggalang berusia 14-15
tahun dengan syarat khusus memiliki minat terhadap kesehatan. Dan anggota
dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur Saka serta Pemimpin Saka.
2.5.11
Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK)
Pos
UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang
diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang
sama dalam meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan
pelayanan kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan.
2.5.12
Kelompok Masyarakat Pemakai Air
(Pokmair)
Pokmair
adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lingkungan terutama
dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga
melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh warga.
2.5.13
Karang Taruna Husada
Karang
tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat RW yang besar
perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan aspirasi dan
kreasinya. Dimasyarakat karang taruna banyak perannya pada kegiatan-kegiatan
sosial yang mampu mendorong dinamika masyarakat dalam pembangunan lingkungan
dan masyarakatnya termasuk pula dalam pembangunan kesehatan. Pada pelaksanaan
kegiatan posyandu, gerakan kebersihan lingkungan, gotong-royong pembasmian
sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi karang taruna ini snagat besar.
2.5.14
Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu
Puskesmas
merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang memberikan pelayanan
langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan upaya pemerataan pelayanan kesehatan
di wilayah terpencil dan sukar dijangkau telah dikembangkan pelayanan puskesmas
dna puskesmas pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat rujukan bagi
jenis pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM sebagaimana tertera di
atas.
2.6 Proses Pemberdayaan
Masyarakat
Pranarka & Vidhyandika (1996)
menjelaskan bahwa ”proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama,
proses pemberdayaan yang mene-kankan pada proses memberikan atau mengalihkan
sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu
lebih berdaya. Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai
kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua
atau kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau
memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan
apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”.
Kartasasmita (1995) menyatakan bahwa
proses pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga proses yaitu: Pertama: Menciptakan
suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling).
Titik tolaknya adalah bahwa setiap manusia memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Artinya tidak ada sumberdaya manusia atau masyarakat tanpa daya.
Dalam konteks ini, pemberdayaan adalah membangun daya, kekuatan atau kemampuan,
dengan mendorong (encourage) dan membangkitkan kesadaran (awareness)
akan potensi yang dimiliki serta berupaya mengembangkannya. Kedua, memperkuat
potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empo-wering), sehingga
diperlukan langkah yang lebih positif, selain dari iklim atau suasana. Ketiga,
memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan,
harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena
kekurangberdayaannya dalam menghadapi yang kuat.
Proses pemberdayaan warga masyarakat
diharapkan dapat menjadikan masyarakat menjadi lebih berdaya berkekuatan dan
berkamampuan. Kaitannya dengan indikator masyarakat berdaya, Sumardjo (1999)
menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu: (1) mampu memahami diri
dan potensinya, mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan),
(2) mampu mengarahkan dirinya sendiri, (3) memiliki kekuatan untuk berunding,
(4) memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama
yang saling menguntungkan, dan (5) bertanggungjawab atas tindakannya.
Slamet (2003) menjelaskan lebih
rinci bahwa yang dimaksud dengan masyarakat berdaya adalah masyarakat yang
tahu, mengerti, faham termotivasi, berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi,
mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu mengambil keputusan, berani
mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak
sesuai dengan situasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang
memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan
dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.
Adi (2003) menyatakan bahwa meskipun
proses pemberdayaan suatu masyarakat merupakan suatu proses yang
berkesinambungan, namun dalam implementasinya tidak semua yang direncanakan
dapat berjalan dengan mulus dalam pelaksanaannya. Tak jarang ada
kelompok-kelompok dalam komunitas yang
melakukan penolakan terhadap
”pembaharuan” ataupun inovasi yang muncul. Watson (Adi, 2003) menyatakan
beberapa kendala (hambatan) dalam pembangunan masyarakat, baik yang berasal
dari kepribadian individu maupun berasal dari sistem sosial:
a. Berasal dari Kepribadian Individu;
kestabilan (Homeostatis), kebiasaan (Habit), seleksi Ingatan dan
Persepsi (Selective Perception and Retention), ketergantungan (Depedence),
Super-ego, yang terlalu kuat, cenderung membuat seseorang tidak mau
menerima pembaharuan, dan rasa tak percaya diri (self- Distrust).
b. Berasal dari Sistem Sosial;
kesepakatan terhadap norma tertentu (Conformity to Norms),
yang”mengikat” sebagian anggota masyarakat pada suatu komunitas tertentu,
kesatuan dan kepaduan sistem dan budaya (Systemic and Cultural Coherence),
kelompok kepentingan (vested Interest), hal yang bersifat sacral (The
Sacrosanct), dan penolakan terhadap ”Orang Luar” (Rejection of Outsiders)
2.7 Langkah – Langkah
Gerakan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan
masyarakat dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sebagai proses dan
sebagai hasil. Sebagai hasil,
pemberdayaan masyarakat adalah suatu perubahan yang signifikan dalam aspek
sosial politik dalam aspek sosial politik yang dialami oleh individu dan masyarakat,
yang seringkali berlangsung dalam waktu
yang cukup panjang, bahkan seringkali lebih dari 7 tahun (Raeburn,1993).
Sebagai
suatu proses, Jackson (1989), Labonte (1994), dan Rissel (1994) mengatakan,
pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa komponen berikut, yaitu:
a.
Pemberdayaan personal.
b.
Pengembangan kelompok kecil.
c.
Pengorganisasian masyarakat.
d. Kemitraan.
e.
Aksi sosial dan politik.
Dengan
demikian,pemberdayaan masyarakat mempunyai spektrum yang cukup luas,meliputi
jenjang sasaran yang diberdayakan (level of objects), kegiatan internal
masyarakat/komunitas maupun eksternal berbentuk kemitraan (partnership) dan
jejaring (networking) serta dukungan dari atas berbentuk kebijakan politik yang
mendukung kelestarian pemberdayaan.
Untuk itu maka pemberdayaan
masyarakat dapat dilakasanakan dengan mengikuti langkah-langkah:
1. keseluruhan program, termaksud
didalamnya kerangka waktu kegiatan,ukuran program,serta memberikan perhatian
kepada kelompok masyarakat yang terpinggirkan.Perancangan program dilakukan
menggunakan pendekatan partisipatoris, dimana antara agen perubahan (pemerintah
dan LSM) dan masyarakat bersama-sama menyusun perencanaan. Perencanaan
partisipatoris (participatory planning) ini dapat mengurangi terjadinya konflik
yang muncul antara dua pihak tersebut selama program berlangsung dan setelah
program dievaluasi.Sering terjadi apabila sutu kegiatan berhasil, banyak pihak
bahkan termaksud yang tidak berpartisipasi, berebut saling claim tentang peran
diri maupun kelompoknya. Sebaliknya jika program tidak berhasil, individu
maupun kelompok bahkan yang sebenarnya berkontribusi atas kegagalan tersebut,
saling menyalahkan.
Perencanaan program pemberdayaan masyarakat harus
memperhatikan adanya kelompok masyarakat yang terpinggirkan (termarginalisasi).
Marginalisasi adalah sutu proses sejarah masyrakat yang kompleks,yang membuat
mereka tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya, tidak
mempunyai akses yang memadai terhadap sumber daya. Oleh karenanya, untuk
menghindari agar ini tidak semakin terpinggirkan, diperlukan perencanaan yang
lebih komprehensif.
2. Menetapkan tujuan. Tujuan promosi
kesehatan biasanya dikembangkan pada tahap perencanaan dan bisanya berpusat
pada mencegah penyakit,mengurangi kesakitan dan kematian dan manajemen gaya
hidup melalui upaya perubahan perilaku yang secara spesifik berkaitan dengan
kesehatan. Adapun tujuan pemberdayaan biasanya berpusat bagaimana masyarakat
dapat mengontrol keputusannya yang berpengaruh pada kesehatan dan kehidupan
masyarakatnya.
3. Memilih strategi pemberdayaan.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang terdiri dari lima pendekatan,
yaitu: pemberdayaan, pengembangan kelompok kecil, pengembangan dan penguatan
pengorganisasian mayrakat, pengembangan dan penguatan jaringan antarorganisasi,
dan tindakan politik. Strategi pemberdayaan meliputi: pendidikan masyarakat,
mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat sebagai pra-syarat pokok tumbuhnya
tanggung jawab sebagai anggota masyarakat (community responsibility),
fasilitasi upaya mengembangkan jejaring antar masyarakat, serta advokasi kepada
pengambil keputusan (decision maker).
4. Implementasi strategi dan
manajemen.Implementasi strategi serta manajemen program pemberdayaan dilakukan
dengan cara: a.meningkatkan peran serta pemercaya (stakeholder), b.menumbuhkan
kemampuan pengenalan masalah, c. mengembangkan kepemimpinan local, d.membangun
keberdayaan struktur organisasi, e. meningkatkan mobilisasi sumber daya, f.
memperkuat kemampuan stakeholder untuk “bertanya mengapa?”, g. meningkatkan
control stakeholder atas manajemen program, dan h. membuat hubungan yang
sepadan dengan pihak luar.
5. Evaluasi program.Pemberdayaan
masyarakat dapat berlangsung lambat dan lama, bahkan boleh dikatakan tidak
pernah berhenti dengan sempurna. Sering terjadi, hal-hal tertentu yang menjadi
bagian dari pemberdayaan baru tercapai beberapa tahun sesudah kegiatan
selesai.Oleh karenanya, akan lebih tepat jika dievaluasi diarahkan pada proses
pemberdayaannya daripada hasilnya.
2.8 Cara
Pendekatan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Terbagi Dua
a) Makro:
·
Membangun komitmen
disetiap jenjang
·
Mengembangkan
masyarakat (critical mass)
·
menyediakan petujuk
pelaksnaan dan biaya operasional
·
monitoring dan evaluasi
serta koordinasi
b) Mikro :
·
Menggali potensi yang
belum disadari masyarakat. Potensi dapat muncul dari adanya kebutuhan
masyarakat(demand creation) yang diperoleh melalui pengarahan, pemberian
masukan, dialog, kerjasama dan pendelegasian.
·
Membuat model model
percontohan dan prototipe pengembangan masyarakat, seperti menerapkan pendekatan
edukatif dan manajemen ARRIF (Analisis, Rumusan,Rencana, Intervensi, Forum
komunikasi)
·
Beberapa tolok ukur
keberhasilan gerakan masyarakat dapat disebutkan antara lain : peningkatan
perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan kampnye kesehatan oleh masyarakat
dan peningkatan dana sehat /JPKM
2.9 Sasaran Utama
1. Sasaran
utama dari gerakan pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok
masyarakat, terutama masyarakat yang terkena masalah maupun beresiko terkena
masalah, baik dikota maupun didesa. Contoh: ditatanan rumah tangga adalah para
ibu, ditatanan institusi pendidikan adalah murid-murid disarana pelayanan
adalah petugas kesehatan.
2. Tokoh
masyarakat, organisasi kemasyarakatan serta organisasi profesi
3. Lintas
sektor
4. Petugas
kesehatan
2.10
Indikator dan Kunci Keberhasilan
Gerakan Pemberdayaan Masyarakat
1. Adanya
petugas kesehatan yang mampu melakukan upaya gerakan pemberdayaan.
2. Adanya
sarana yang mendukung kegiatan gerakan pemberdayaan kesehatan.
3. Adanya
forum komunikasi yang menjadi wadah kemitraan/ partisipasi masyarakat dalam
pembangunan bidang kesehatan (PHBS).
4. Adanya
kader yang mampu menjadi fasilitator kesehatan di desa.
5. Adanya
data hasil SMA.
6. Adanya
rancangan kegiatan pembangunan kesehatan (PHBS) di desa hasil MMD.
7. Adanya
kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
8. Adanya
dokumentasi proses dan hasil kegiatan.
9. Adanya
rencana tindak lanjut atau kegiatan yang berkesinambungan.
10. Adanya
dukungan sumberdaya maupun kebijakan dari pengambil keputusan maupun lintas
sektor terkait.
2.11 Gerakan
Pemberdayaan Masyarakat Di Rumah Sakit
a.
Pemberdayaan Individu Pasien
Terdapat
tiga kategori pasien, yaitu (1) pasien yang sedang sakit akut, (2) pasien yang
dalam penyembuhan, dan (3) pasien dengan penyakit kronis. Selama pasien sakit
akut, semua perhatian dan tenaga pasien serta petugas kesehatan dipusatkan pada
upaya untuk menyelamatkan pasien dari ancaman maut dan dari penderitaan.
Suasana seperti ini tidak tepat untuk melakukan promosi kesehatan. Namun
petugas kesehatan sudah dapat mulai merencanakan upaya Pemberdayaan yang nanti
akan dilakukannya. Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan, umumnya ia
sangat ingin mengetahui seluk-beluk tentang penyakitnya. Walaupun tidak
tertutup kemungkinan adanya pasien yang acuh-tak acuh karena mereka sudah
terbebas dari penya-kitnya. Bagi pasien yang seperti ini, Pemberdayaan memang
harus dimulai dari awal, yaitu dari menciptakan kesadaran akan adanya masalah.
Adapun pasien dengan penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang berbeda-beda
seperti misalnya agresif, apatis, atau menarik diri. Hal ini karena penyakit
kronis umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak sosial
ekonomi kepada penderita-nya. Kepada pasien yang seperti ini, kesabaran dari
petugas kesehatan sungguh sangat diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan
promosi kesehatan atau Pemberdayaan.
Tujuan
pemberdayaan terhadap individu-individu pasien adalah agar yang bersangkutan:
Mengembangkan
pengertian dan sikap tentang penyakit yang dideritanya, sehingga tahu apa yang
harus dilakukan dan kemudian terdorong untuk:
a.
Membantu mempercepat
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatannya. Misalnya dengan selalu
mengikuti secara tekun anjuran petugas kesehatan Rumah Sakit dalam
pengobatan penyakitnya.
b.
Mencegah terserang kembali oleh
penyakit yang sedang dideritanya.
c.
Mencegah terjadinya penularan
penyakitnya kepada orang lain.
d.
Memberi penjelasan (penyuluhan)
kepada orang lain agar tidak terserang oleh penyakit yang sedang dideritanya.
e.
Mengembangkan pengertian dan
sikap tentang peman-faatan sarana kesehatan secara benar (sesuai dengan kaidah
rujukan). Yaitu jika sakit sebaiknya tidak lang-sung ke Rumah Sakit, melainkan
ke Puskesmas terdekat terlebih dulu. Selanjutnya, Puskesmaslah yang akan
menentukan apakah ia perlu dikirim ke Rumah Sakit atau tidak.
Metode
yang digunakan dalam hal ini dapat berupa pi-lihan atau kombinasi dari: dialog,
demonstrasi, konseling, dan bimbingan, yang dilakukan di samping tempat tidur
pasien (bedside health promotion). Bagi pasien-pasien yang sudah hampir sembuh, metode-metode yang
dipilih dapat dilakukan secara berkelompok dalam satu ruangan. Media komunikasi
yang digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: lembar balik,
gambar/foto, dan skema, atau media lain yang mudah digunakan dan dibawa (bila digunakan
untuk bedside health promotion).
b.
Pemberdayaan Keluarga/Kelompok
Pemberdayaan
terhadap keluarga/kelompok ditujukan untuk mengembangkan pengertian dan kemauan
guna mendukung pasien dalam bentuk:
1.
Dukungan moral dan atau
material dalam penyem-buhan penyakit.
2.
Upaya mencegah agar penyakit
yang diderita pasien tidak menular kepada orang lain.
3.
Upaya mencegah agar jika pasien
sudah sembuh tidak terserang kembali oleh penyakit yang sama.
Jadi
pemberdayaan keluarga/kelompok yang dilakukan di Rumah Sakit ini dapat pula
disebut sebagai Bina Suasana di lingkungan Rumah Sakit. Pemberdayaan
keluarga/kelompok di Rumah Sakit biasanya dilakukan sebelum atau sesudah
keluarga/kelompok itu menjenguk pasien. Yaitu dengan jalan mengelompokan serta
mengumpulkan mereka dalam ruangan-ruangan, sesuai dengan penyakit pasien yang
dijenguknya.
Metode
yang digunakan dapat berupa salah satu atau kombinasi dari: dialog,
demonstrasi, diskusi dan bimbingan.Media komunikasi yang digunakan juga dapat
berupa pilihan atau kombinasi dari: slide, radio spot, poster, gambar/foto, dan
skema, atau media lain.
2.12 Peran
Petugas Rumah Sakit
Peran
petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah :
1.
Memfasilitasi masyarakat
melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan masyarakat
meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.
2.
Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama
dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi
terhadap program tersebut
3.
Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada
masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.
2.13
Peran Serta Masyarakat Tentang Upaya UKBM
2.13.1 Wujud peran serta masyarakat
Dari
pengamatan pada masyarakat selama ini beberapa wujud peran serta masyarakat
dalam pembangunan kesehatan pada khususnya dan pembangunan nasional pada
umumnya. Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sumber daya manusia
Setiap
insan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat. Wujud insan yang
menunjukkan peran serta masyarakat dibidang kesehatan antara lain sebagai
berikut :
a. Pemimpin masyarakat yang berwawasan
kesehatan
b. Tokoh masyarakat yang berwawasan
kesehatan, baik tokoh agama, politisi, cendikiawan, artis/seniman, budayaan,
pelawak, dan lain-lain
c. Kader kesehatan, yang sekarang
banyak sekali ragamnya misalnya: kader posyandu, kader lansia, kader kesehatan
lingkungan, kader kesehatan gigi, kader KB, dokter kecil, saka bakti husada,
santri husada, taruna husada, dan lain-lain.
2. Institusi/lembaga/organisasi
masyarakat
Bentuk
lain peran serta masyarakat adalah semua jenis institusi, lembaga atau kelompok
kegiatan masyarakat yang mempunyai aktivitas dibidang kesehatan. Beberapa
contohnya adalah sebagai berikut :
a. Upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) yaitu segala bentuk kegiatan kesehatan yang bersifat dari,
oleh dan untuk masyarakat, yaitu :
1.
Pos pelayanan terpadu (posyandu)
2.
Pos obat desa (POD)
3.
Pos upaya kesehatan kerja (Pos UKK)
4.
Pos kesehatan di Pondok Pesantren (poskestren)
5.
Pemberantasan penyakit menular dengan pendekatan PKMD
(P2M-PKMD)
6.
Penyehatan lingkungan pemungkitan dengan pendekatan PKMD
(PLp-PKMD) sering disebut dengan desa percontohan kesehatan lingkungan (DPKL)
7.
Suka Bakti Husada (SBH)
8.
Tanaman obat keluarga (TOGA)
9.
Bina keluarga balita (BKB)
10. Pondok bersalin desa (Polindes)
11. Pos pembinaan terpadu lanjut usia
(Posbindu Lansia/Posyandu Lansia)
12. Pemantau dan stimulasi perkembangan
balita (PSPB)
13. Keluarga mandiri
14. Upaya kesehatan masjid
b. Lembaga swadaya masyarakat (LSM)
yang mempunyai kegiatan dibidang kesehatan. Banyak sekali LSM yang berkiprah
dibidang kesehatan, aktifitas mereka beragam sesuai dengan peminatnya
c. Organisasi swadaya yang bergerak
dibidang palayanan kesehatan seperti rumah sakit, rumah bersalin, balai
kesehatan ibu dan anak, balai pengobatan, dokter praktik, klinik 24 jam, dan
sebagainya
BAB
III
PENUTUP
33.1
Kesimpulan
Dalam rangka pencapaian
kemandirian kesehatan, pemberdayaan masayrakat merupakan unsur penting yang
tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan merupakan
sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari
strategi global promosi kesehatanpemberdayaan (empowerment) sehingga
pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai
primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan.
Pengertian Pemberdayaan
masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Memampukan masyarakat, “dari,
oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri.
33.2
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Riskiadi, Laode. 2012. Makalah Pemberdayaan Masyarakat.
http://kesmas-ode.blogspot.com/2012/10/makalah-pemberdayaan-masyarakat.html.diakses
tanggal 12 September 2014 pukul 20 : 00 WIB
Supardan, Drg. Iman. 2013 Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
http://doktergigi-semarang.blogspot.com/2013/06/pemberdayaan-masyarakat-bidang-kesehatan.html.diakses tanggal 12 September 2014 pukul 20 : 00 WIB
Suriatman, SKM. 2005. Konsep Pemberdayaan Manyarakat. http://bnnpsulsel.com/pencegahan/gerakan-pemberdayaan-masyarakat-sebuah-tinjauan-konsep-dalam-upaya-menekan-penyalahgunaan-narkoba-pusat-promkes-2005/html.diakses tanggal 12 September 2014 pukul 20 : 00 WIB
Wahyudi, Bambang. 2012. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Sebuah
Tinjauan Konsep Dalam Upaya Menekan Penyalahgunaan Narkoba (Pusat Promkes,
2005). http://bnnpsulsel.com/pencegahan/gerakan-pemberdayaan-masyarakat-sebuah-tinjauan-konsep-dalam-upaya-menekan-penyalahgunaan-narkoba-pusat-promkes-2005/html.diakses tanggal 12 September 2014 pukul 20: 00 WIB
published by : http://kazusassi.blogspot.com
TAKE OUT FULL CREDIT
1 komentar:
Sangat bermanfaat sekali. Silahkan juga kunjungi
1. Pengertian dan Fungsi Pokok Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Desa (PNPM Desa) Menurut Para Ahli lengkap dengan Daftar Pustakanya
2. Definisi Pembangunan Desa Menurut Para Ahli lengkap dengan Daftar Pustakanya
3. Ciri-ciri Dan Prinsip Pembangunan Desa Menurut Para Ahli lengkap dengan Daftar Pustakanya
4. Kumpulan materi pelajaran SD, SMP, SMA, tugas sekolah lengkap dengan jawaban dan materi perkuliahan (www.materibelajar.id)
Posting Komentar