RSS

Sabtu, 22 November 2014

Gerakan Pemberdayaan Masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
            Empowerment yang dalam bahasa Indonesia berarti “pemberdayaan”, adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat kebudayaan Barat, utamanya Eropa. Memahami konsep empowerment secara tepat harus memahami latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep empowerment mulai nampak sekitar dekade 70-an dan terus berkembang hingga 1990-an. (Pranarka & Vidhyandika,1996).


            Pranarka dan Vidhyandika (Hikmat, 2004) menjelaskan bahwa konsep pemberdayaan dapat dipandang sebagai bagian atau sejiwa sedarah dengan aliran yang muncul pada paruh abad ke-20 yang lebih dikenal sebagai aliran ostmodernisme. Aliran ini menitikberatkan pada sikap dan pendapat yang berorientasi pada jargon antisistem, antistruktur, dan antideterminisme yang diaplikasikan pada dunia kekuasaan. Pemahaman konsep pemberdayaan oleh masing-masing individu secara selektif dan kritis dirasa penting, karena konsep ini mempunyai akar historis dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat. Prijono Dan Pranarka (1996) membagi dua fase penting untuk memahami akar konsep pemberdayaan, yakni: pertama, lahirnya Eropa modern sebagai akibat dari dan reaksi terhadap alam pemikiran, tata masyarakat dan tata budaya Abad Pertengahan Eropa yang ditandai dengan gerakan pemikiran baru yang dikenal sebagai Aufklarung atau Enlightenment, dan kedua, lahirnya aliran aliran pemikiran eksistensialisme, phenomenologi, personalisme yang lebih dekat dengan gelombang Neo-Marxisme, Freudianisme, strukturalisme dan sebagainya.
            Perlu upaya mengakulturasikan konsep pemberdayaan tersebut sesuai dengan alam pikiran dan kebudayaan Indonesia. Perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan Barat diawali dengan proses penghilangan harkat dan martabat manusia (dehumanisasi). Proses penghilangan harkat dan martabat manusia ini salah satunya banyak dipengaruhi oleh kemajuan ekonomi dan teknologi yang nantinya dipakai sebagai basis dasar dari kekuasaan (power).

1.2.   Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pemberdayaan masyarakat ?
2.      Apa tujuan dari gerakan pemberdayaan masyarakat ?
3.      Apa ciri dari gerakan pemberdayaan masyarakat ?
4.      Apa prinsip dari gerakan pemberdayaan masyarakat ?
5.      Apa saja jenis gerakan pemberdayaan masyarakat ?
6.      Bagaimana proses dari gerakan pemberdayaan masyarakat ?
7.      Apa saja langkah-langkah gerakan pemberdayaan masyarakat ?
8.      Bagaimana pendekatan gerakan pemberdayaan masyarakat ?
9.      Siapa sasaran dari gerakan pemberdayaan masyarakat ?
10.  Apa saja indikator dan kunci keberhasilan gerakan pemberdayaan masyarakat ?
11.  Bagaimana gerakan pemberdayaan masyarakat di rumah sakit ?
12.  Apa saja peran petugas kesehatan ?
13.  Bagaimana peran serta masyarakat tentang upaya UKBM ?

1.3.   Tujuan
1.      Mengetahui pengertian gerakan pemberdayaan masyarakat.
2.      Mengetahui tujuan dari gerakan pemberdayaan masyarakat.
3.      Mengetahui ciri dari gerakan pemberdayaan masyarakat.
4.      Mengetahui prinsip dari gerakan pemberdayaan masyarakat.
5.      Mengetahui apa saja jenis gerakan pemberdayaan masyarakat.
6.      Mengetahui proses dari gerakan pemberdayaan masyarakat.
7.      Mengetahui apa saja langkah-langkah gerakan pemberdayaan masyarakat.
8.      Mengetahui pendekatan gerakan pemberdayaan masyarakat.
9.      Mengetahui sasaran dari gerakan pemberdayaan masyarakat.
10.  Mengetahui indikator dan kunci keberhasilan dari gerakan pemberdayaan masyarakat.
11.  Mengetahui gerakan pemberdayaan masyarakat di rumah sakit.
12.  Mengetahui apa saja peran petugas kesehatan.
13.  Mengetahui peran serta masyarakat tentang upaya UKBM ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian

          Gerakan pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).
          Shardlow dalam Jackie Ambadar (2008) menyebutkan pemberdayaan masyarakat atau community development (CD) intinya adalah bagaimana individu, kelompok atau  komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan, dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial.
          Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan (Wahyudin, 2012).
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif.
          Bidang pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu ekonomi, sosial (termasuk di dalamnya bidang pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya), dan bidang lingkungan. Sedangkan masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep yaitu masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah pertokoan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan.
          Hikmat (2001) menyebutkan pemberdayaan dalam wacana pembangunan selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringankerja, dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Isbandi Rukminto Adi (2008) menyatakan pembangunan masyarakat digunakan untuk menggambarkan pembangunan bangsa secara keseluruhan.
          Dalam arti sempit istilah pengembangan masyarakat di Indonesia sering dipadankan dengan pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan desa dan kelurahan berada pada tingkatan yang setara sehingga pengembangan masyarakat (desa) kemudian menjadi dengan konsep pengembangan masyarakat lokal (locality development).
          UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah satu wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainnya seperti Polindes, POD (pos obat desa), pos UKK (pos upaya kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana sehat dan lain-lain.

2.2  Tujuan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat

          Gerakan pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoadmojdo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk :
1.    Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan  bagi individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang cara – cara memelihra dan meningkatkan kesehatan adalah awal dari keberdayaan kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil proses belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang dimulai dengan adanya alih pengetahuan dari sumber belajar kepada subyek belajar. Oleh sebab itu masyarakat yang mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan juga melalui proses belajar kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi kesehatan. Dengan informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya adalah pengetahuan kesehatan.
2.    Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan. Kemauan atau kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan. Oleh sebab itu, teori lain kondisi semacam ini disebut sikap atau niat sebagai indikasi akan timbulnya suatu tindakan. Kemauan ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin juga tidak atau berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan menjadi tindakan sangat tergantung dari berbagai faktor. Faktor yang paling utama yang mendukung berlanjutnya kemauan adalah sarana atau prasarana untuk mendukung tindakan tersebut.
3.    Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat, baik seara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.
Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila :
1.  Mereka mampu  mengenali masalah  kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.
2.  Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan mengenali potensi potensi masyarakat setempat.
3.  Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
4.  Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.

2.3  Ciri Gerakan Pemberdayaan Masyarakat

          Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan ke dalam pemberdayaan masyarakat apabila kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat memperkuat, meningkatkan atau mengembangkan potensi masyarakat setempat guna mencapai tujuan yang diharapkan. Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-macam, antara lain sebagai berikut :
1.    Tokoh atau pimpinan masyarakat (Community leader)
Di sebuah mayarakat apapun baik pendesaan, perkotaan maupun pemukiman elite atau pemukiman kumuh, secara alamiah aka terjadi kristalisasi adanya pimpinan atau tokoh masyarakat. Pemimpin atau tokoh masyarakat dapat bersifat format (camat, lurah, ketua RT/RW) maupun bersifat informal (ustadz, pendeta, kepala adat). Pada tahap awal pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau provider kesehatan terlebih dahulu melakukan pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat.
2.    Organisasi masyarakat (community organization)
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik formal maupun informal, misalnya PKK, karang taruna, majelis taklim, koperasi-koperasi dan sebagainya.
3.    Pendanaan masyarakat (Community Fund)
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan dana sehat, maka secara ringkas dapat digaris bawahi beberapa hal sebagai berikut: “Bahwa dana sehat telah berkembang di Indonesia sejak lama(tahun 1980-an) Pada masa sesudahnya(1990-an) dana sehat ini semakin meluas perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat)
4.    Material masyarakat (community material)
Seperti telah diuraikan disebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi msyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan.
5.    Pengetahuan masyarakat (community knowledge)
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh pemberdayaan masyarakat yang meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat.
6.    Teknologi masyarakat (community technology)
Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air bersih menggunakan pasir atau arang, untuk pencahayaan rumah sehat menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya ditaruh kaca. Untuk pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya.

2.4  Prinsip Gerakan Pemberdayaan Masyarakat

          Prinsip gerakan pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan kemampuan masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses memanpukan masyarakat dari oleh dan untuk masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan :
1.    Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
     Didalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung keberhasilan program – program kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi potensi sumber daya manusia dan potensi dalam bentuk sumber daya alam / kondisi geografis.
     Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas lebih ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia. Sedangkan potensi sumber daya alam yang ada di suatu masyarakat adalah given. Bagaimanapun melimpahnya potensi sumber daya alam, apabila tidak didukung dengan potensi sumber daya manusia yang memadai, maka komunitas tersebut tetap akan tertinggal, karena tidak mampu mengelola sumber alam yang melimpah tersebut.
2.    Mengembangkan gotong royong masyarakat.
     Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya gotong royong dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas kesehatan atau provider dalam gotong royong masyarakat adalah memotivasi dan memfasilitasinya, melalui pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan dalam masyarakatnya.
3.    Menggali kontribusi masyarakat.
      Menggali dan mengembangkan potensi masing – masing anggota masyarakat agar dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau kegiatan yang direncanakan bersama. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan bangunan, dan fasilitas – fasilitas lain untuk menunjang usaha kesehatan.
4.    Menjalin kemitraan
     Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Membangun kemandirian atau pemberdayaan masyarakat, kemitraan adalah sangat penting peranannya.
5.    Desentralisasi
     Dalam pemberdayaan masyarakatpada hakikatnya memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu, segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional yakni masyarakat setempat sesuai dengan kultur masing-masing komunitas dalam pemberdayaan masyarakat, peran sistem yang ada diatasnya adalah:
a.    Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program pemberdayaan. Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih, maka peran petugas adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota masyarakat, pengorganisasian masyarakat, atau memfasilitasi pertemuan dengan pemerintah daerah setempat, dan pihak lain yang dapat membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
b.    Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong-royong dalam melaksanakan kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut. Misalnya, masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka petugas provider kesehatan berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi terhadap program atau upaya tersebut.

2.5  Jenis Gerakan Memberdayaan Masyarakat

2.5.1        Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
          Posyandu  merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini. Gerakan posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak tahun 1982. Saat ini telah populer di lingkungan desa dan RW diseluruh Indonesia. Posyandu meliputi lima program prioritas yaitu: KB, KIA, imunisasi, dan pennaggulangan diare yang terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung bersentuhan dengan masyarakat level bawah, sebaiknya posyandu digiatkan kembali seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh mendeteksi permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah. Permasalahn gizi buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah kesehatan lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindarkan jika posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh.
Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja yang meliputi:
1.    Meja 1           : pendaftaran
2.    Meja 2           : penimbangan
3.    Meja 3           : pengisian kartu menuju sehat
4.    Meja 4           : penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vitamin A dan tablet                                  besi
5.    Meja 5           : pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan                                        kesehatan dan pengobatan serta pelayanan keluarga berencana.
          Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit jumlah posyandu diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif lagi.

2.5.2        Pondok Bersalin Desa (Polindes)
          Pondok bersalin desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat dalam  menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu serta kesehatan anak lainnya. Kegiatan pondok bersalin desa antara lain melakukan pemeriksaan (ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan balita), memberikan  imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader dan mayarakat.
   Polindes ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan dalam KIA, yaitu kesenjangan geografis, kesenjangan informasi, kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan sosial budaya. Keberadaan bidan di tiap desa diharapkan mampu mengatasi kesenjangan geografis, sementara kontak setiap saat dengan penduduk setempat diharapkan mampu mengurangi kesenjangan informasi. Polindes dioperasionalkan melalui kerja sama antara bidan dengan dukun bayi, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan sosial budaya, sementara tarif pemeriksaan ibu, anak, dan melahirkan yang ditentukan dalam musyawarah LKMD diharapkan mamou mengurangi kesenjangan ekonomi.

2.5.3        Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
          Pos obat desa (POD) merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam pengobatan sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat (penyakit rakyat/penyakit endemik)
Di lapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM yang ada. Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanan menyediakan obat bebas dan obat khusus untuk keperluan berbagai program kesehatan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Beberapa pengembangan POD antara lain :
1.    POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya.
2.    POD yang diintegrasikan dengan dana sehat.
3.     POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu.
4.     POD yang dikaitkan dengan pokdes/polindes.
5.    Pos Obat Pondok Pesantren (POP) yang dikembangkan di beberapa pondok    pesantren.

2.5.4        Dana Sehat
          Dana telah dikembangkan pada 32 provinsi meliputi 209 kabupaten/kota. Dalam implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat, antara lain sebagai berikut:
1.   Dana sehat pola usaha kesehatan sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34 kabupaten dan telah mencakup 12.366 sekolah.
2.   Dana sehat pola pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) dilaksanakan pada 96 kabupaten.
3.   Dana sehat pola pondok pesantren, dilaksanakan pada 39 kabupaten/kota.
4.   Dana sehat pola koperasi unit desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23 kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
5.   Dana sehat yang dikembangkan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dilaksanakan pada 11 kabupaten/kota.
6.   Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir angkutan kota dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota.
          Seharusnya dana kesehatan merupakan bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan bagi anggota masyarakat yang belum dijangkau oleh asuransi kesehatan seperti askes, jamsostek, dan asuransi kesehatan swasta lainnya. Dana sehat berpotensi sebagai wahana memandirikan masyarakat, yang pada gilirannya mampu melestarikan kegiatan UKBM setempat. Oleh karena itu, dana sehat harus dikembangkan keseluruh wilayah, kelompok sehingga semua penduduk terliput oleh dana sehat atau bentuk JPKM lainnya.

2.5.5        Lembaga Swadaya Masyarakat
          Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya masyarakat (LSM), namun sampai sekarang yang  tercatat mempunyai kegiatan di bidang kesehatan hanya 105 organisasi LSM. Ditinjau dari segi kesehatan, LSM ini dapat digolongkan menjadi LSM yang aktivitasnya seluruhnya kesehatan dan LSM khusus antara kain organisasi profesi kesehatan, organisasi swadaya internasional.
Dalam hal ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah sebagai berikut :
1.      Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua tingkatan.
2.      Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap organisasi      kemasyarakatan.
3.      Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar kepada organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan dengan kemampuan sendiri.
4.      Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan kesehatan.
5.      Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk berkiprah dalam bidang kesehatan.

2.5.6        Upaya Kesehatan Tradisional
          Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di halaman atau ladang yang dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan dengan peran serta masyarakat, TOGA merupakan wujud partisipasi mereka dalam bidnag peningkatan kesehatan dan pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat tradisional. Fungsi utama dari TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat dipergunakan antara lain untuk menjaga meningkatkan kesehatan dan mengobati gejala (keluhan) dari beberapa penyakit yang ringan. Selain itu, TOGA juga berfungsi ganda mengingat dapat dipergunakan untuk memperbaiki gizi masyarakat, upaya pelestarian alam dan memperindah tanam dan pemandangan.

2.5.7        Pos Gizi (Pos Timbangan)
          Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang selanjutnya dapat menurunkan status gizi. Dengan sasaran kegiatan yakni bayi berumur 6-11 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, anak umur 12-23 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, anak umur 24-59 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, dan seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang menderita kurang gizi.
          Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada pos gizi ini apabila setelah diberikan PMT anak masih menderita kekurangan energi protein (KEP) maka, makanan tambahan terus dilanjutkan sampai anak pulih dan segera diperiksakan ke puskesmas (dirujuk).

2.5.8        Pos KB Desa (RW)
          Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah berkembang secara rasional hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran program berupa peningkatan jumlah akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos KB Desa (PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB ditingkat kecamatan.

2.5.9        Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
          Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda dengan Pos Obat Desa namun pos ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat disekitar pesantren yang seperti diketahui cukup menjamur di lingkungan perkotaan maupun pedesaan.

2.5.10    Saka Bhakti Husada (SBH)
          SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dna keterampilan dibidnag kesehatan bagi generasi muda khususnya anggota Gerakan Pramuka untuk membaktikan dirinya kepada masyarakat di lingkungan sekitarnya.
          Sasarannya adalah peserta didik antara lain : Pramuka penegak, penggalang berusia 14-15 tahun dengan syarat khusus memiliki minat terhadap kesehatan. Dan anggota dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur Saka serta Pemimpin Saka.

2.5.11    Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK)
          Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dalam meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan pelayanan kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan.

2.5.12    Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)
          Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lingkungan terutama dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh warga.

2.5.13    Karang Taruna Husada
          Karang tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat RW yang besar perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan aspirasi dan kreasinya. Dimasyarakat karang taruna banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang mampu mendorong dinamika masyarakat dalam pembangunan lingkungan dan masyarakatnya termasuk pula dalam pembangunan kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan posyandu, gerakan kebersihan lingkungan, gotong-royong pembasmian sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi karang taruna ini snagat besar.

2.5.14    Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
          Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan upaya pemerataan pelayanan kesehatan di wilayah terpencil dan sukar dijangkau telah dikembangkan pelayanan puskesmas dna puskesmas pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat rujukan bagi jenis pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM sebagaimana tertera di atas.

2.6  Proses Pemberdayaan Masyarakat
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang mene-kankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”.
Kartasasmita (1995) menyatakan bahwa proses pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga proses yaitu: Pertama: Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Titik tolaknya adalah bahwa setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada sumberdaya manusia atau masyarakat tanpa daya. Dalam konteks ini, pemberdayaan adalah membangun daya, kekuatan atau kemampuan, dengan mendorong (encourage) dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimiliki serta berupaya mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empo-wering), sehingga diperlukan langkah yang lebih positif, selain dari iklim atau suasana. Ketiga, memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaannya dalam menghadapi yang kuat.
Proses pemberdayaan warga masyarakat diharapkan dapat menjadikan masyarakat menjadi lebih berdaya berkekuatan dan berkamampuan. Kaitannya dengan indikator masyarakat berdaya, Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu: (1) mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan), (2) mampu mengarahkan dirinya sendiri, (3) memiliki kekuatan untuk berunding, (4) memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, dan (5) bertanggungjawab atas tindakannya.
Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud dengan masyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi, berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai dengan situasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.
Adi (2003) menyatakan bahwa meskipun proses pemberdayaan suatu masyarakat merupakan suatu proses yang berkesinambungan, namun dalam implementasinya tidak semua yang direncanakan dapat berjalan dengan mulus dalam pelaksanaannya. Tak jarang ada kelompok-kelompok dalam komunitas yang
melakukan penolakan terhadap ”pembaharuan” ataupun inovasi yang muncul. Watson (Adi, 2003) menyatakan beberapa kendala (hambatan) dalam pembangunan masyarakat, baik yang berasal dari kepribadian individu maupun berasal dari sistem sosial:
a.       Berasal dari Kepribadian Individu; kestabilan (Homeostatis), kebiasaan (Habit), seleksi Ingatan dan Persepsi (Selective Perception and Retention), ketergantungan (Depedence), Super-ego, yang terlalu kuat, cenderung membuat seseorang tidak mau menerima pembaharuan, dan rasa tak percaya diri (self- Distrust).
b.      Berasal dari Sistem Sosial; kesepakatan terhadap norma tertentu (Conformity to Norms), yang”mengikat” sebagian anggota masyarakat pada suatu komunitas tertentu, kesatuan dan kepaduan sistem dan budaya (Systemic and Cultural Coherence), kelompok kepentingan (vested Interest), hal yang bersifat sacral (The Sacrosanct), dan penolakan terhadap ”Orang Luar” (Rejection of Outsiders)

2.7  Langkah – Langkah Gerakan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sebagai proses dan sebagai  hasil. Sebagai hasil, pemberdayaan masyarakat adalah suatu perubahan yang signifikan dalam aspek sosial politik dalam aspek sosial politik yang dialami oleh individu dan masyarakat, yang seringkali berlangsung dalam waktu  yang cukup panjang, bahkan seringkali lebih dari 7 tahun (Raeburn,1993).
Sebagai suatu proses, Jackson (1989), Labonte (1994), dan Rissel (1994) mengatakan, pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa komponen berikut, yaitu:
a.       Pemberdayaan personal.
b.      Pengembangan kelompok kecil.
c.       Pengorganisasian masyarakat.
d.      Kemitraan.  
e.       Aksi sosial dan politik.
Dengan demikian,pemberdayaan masyarakat mempunyai spektrum yang cukup luas,meliputi jenjang sasaran yang diberdayakan (level of objects), kegiatan internal masyarakat/komunitas maupun eksternal berbentuk kemitraan (partnership) dan jejaring (networking) serta dukungan dari atas berbentuk kebijakan politik yang mendukung kelestarian pemberdayaan.
Untuk itu maka pemberdayaan masyarakat dapat dilakasanakan dengan mengikuti langkah-langkah:
1.      keseluruhan program, termaksud didalamnya kerangka waktu kegiatan,ukuran program,serta memberikan perhatian kepada kelompok masyarakat yang terpinggirkan.Perancangan program dilakukan menggunakan pendekatan partisipatoris, dimana antara agen perubahan (pemerintah dan LSM) dan masyarakat bersama-sama menyusun perencanaan. Perencanaan partisipatoris (participatory planning) ini dapat mengurangi terjadinya konflik yang muncul antara dua pihak tersebut selama program berlangsung dan setelah program dievaluasi.Sering terjadi apabila sutu kegiatan berhasil, banyak pihak bahkan termaksud yang tidak berpartisipasi, berebut saling claim tentang peran diri maupun kelompoknya. Sebaliknya jika program tidak berhasil, individu maupun kelompok bahkan yang sebenarnya berkontribusi atas kegagalan tersebut, saling menyalahkan.
Perencanaan program pemberdayaan masyarakat harus memperhatikan adanya kelompok masyarakat yang terpinggirkan (termarginalisasi). Marginalisasi adalah sutu proses sejarah masyrakat yang kompleks,yang membuat mereka tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya, tidak mempunyai akses yang memadai terhadap sumber daya. Oleh karenanya, untuk menghindari agar ini tidak semakin terpinggirkan, diperlukan perencanaan yang lebih komprehensif.
2.      Menetapkan tujuan. Tujuan promosi kesehatan biasanya dikembangkan pada tahap perencanaan dan bisanya berpusat pada mencegah penyakit,mengurangi kesakitan dan kematian dan manajemen gaya hidup melalui upaya perubahan perilaku yang secara spesifik berkaitan dengan kesehatan. Adapun tujuan pemberdayaan biasanya berpusat bagaimana masyarakat dapat mengontrol keputusannya yang berpengaruh pada kesehatan dan kehidupan masyarakatnya.
3.      Memilih strategi pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang terdiri dari lima pendekatan, yaitu: pemberdayaan, pengembangan kelompok kecil, pengembangan dan penguatan pengorganisasian mayrakat, pengembangan dan penguatan jaringan antarorganisasi, dan tindakan politik. Strategi pemberdayaan meliputi: pendidikan masyarakat, mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat sebagai pra-syarat pokok tumbuhnya tanggung jawab sebagai anggota masyarakat (community responsibility), fasilitasi upaya mengembangkan jejaring antar masyarakat, serta advokasi kepada pengambil keputusan (decision maker).
4.      Implementasi strategi dan manajemen.Implementasi strategi serta manajemen program pemberdayaan dilakukan dengan cara: a.meningkatkan peran serta pemercaya (stakeholder), b.menumbuhkan kemampuan pengenalan masalah, c. mengembangkan kepemimpinan local, d.membangun keberdayaan struktur organisasi, e. meningkatkan mobilisasi sumber daya, f. memperkuat kemampuan stakeholder untuk “bertanya mengapa?”, g. meningkatkan control stakeholder atas manajemen program, dan h. membuat hubungan yang sepadan dengan pihak luar.
5.      Evaluasi program.Pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung lambat dan lama, bahkan boleh dikatakan tidak pernah berhenti dengan sempurna. Sering terjadi, hal-hal tertentu yang menjadi bagian dari pemberdayaan baru tercapai beberapa tahun sesudah kegiatan selesai.Oleh karenanya, akan lebih tepat jika dievaluasi diarahkan pada proses pemberdayaannya daripada hasilnya.

2.8  Cara Pendekatan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Terbagi Dua
a)    Makro:
·         Membangun komitmen disetiap jenjang
·         Mengembangkan masyarakat (critical mass)
·         menyediakan petujuk pelaksnaan  dan biaya operasional
·         monitoring dan evaluasi serta koordinasi
b)   Mikro :
·         Menggali potensi yang belum disadari masyarakat. Potensi dapat muncul dari adanya kebutuhan masyarakat(demand creation) yang diperoleh melalui pengarahan, pemberian masukan, dialog, kerjasama dan pendelegasian.
·         Membuat model model percontohan dan prototipe pengembangan masyarakat, seperti menerapkan pendekatan edukatif dan manajemen ARRIF (Analisis, Rumusan,Rencana, Intervensi, Forum komunikasi)
·         Beberapa tolok ukur keberhasilan gerakan masyarakat dapat disebutkan antara lain : peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan kampnye kesehatan oleh masyarakat dan peningkatan dana sehat /JPKM
2.9  Sasaran Utama
1.    Sasaran utama dari gerakan pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat, terutama masyarakat yang terkena masalah maupun beresiko terkena masalah, baik dikota maupun didesa. Contoh: ditatanan rumah tangga adalah para ibu, ditatanan institusi pendidikan adalah murid-murid disarana pelayanan adalah petugas kesehatan.
2.    Tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan serta organisasi profesi
3.    Lintas sektor
4.    Petugas kesehatan
2.10       Indikator dan Kunci Keberhasilan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat
1.      Adanya petugas kesehatan yang mampu melakukan upaya gerakan pemberdayaan.
2.      Adanya sarana yang mendukung kegiatan gerakan pemberdayaan kesehatan.
3.      Adanya forum komunikasi yang menjadi wadah kemitraan/ partisipasi masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan (PHBS).
4.      Adanya kader yang mampu menjadi fasilitator kesehatan di desa.
5.      Adanya data hasil SMA.
6.      Adanya rancangan kegiatan pembangunan kesehatan (PHBS) di desa hasil MMD.
7.      Adanya kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
8.      Adanya dokumentasi proses dan hasil kegiatan.
9.      Adanya rencana tindak lanjut atau kegiatan yang berkesinambungan.
10.  Adanya dukungan sumberdaya maupun kebijakan dari pengambil keputusan maupun lintas sektor terkait.

2.11       Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Di Rumah Sakit

a.      Pemberdayaan Individu Pasien
     Terdapat tiga kategori pasien, yaitu (1) pasien yang sedang sakit akut, (2) pasien yang dalam penyembuhan, dan (3) pasien dengan penyakit kronis. Selama pasien sakit akut, semua perhatian dan tenaga pasien serta petugas kesehatan dipusatkan pada upaya untuk menyelamatkan pasien dari ancaman maut dan dari penderitaan. Suasana seperti ini tidak tepat untuk melakukan promosi kesehatan. Namun petugas kesehatan sudah dapat mulai merencanakan upaya Pemberdayaan yang nanti akan dilakukannya. Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan, umumnya ia sangat ingin mengetahui seluk-beluk tentang penyakitnya. Walaupun tidak tertutup kemungkinan adanya pasien yang acuh-tak acuh karena mereka sudah terbebas dari penya-kitnya. Bagi pasien yang seperti ini, Pemberdayaan memang harus dimulai dari awal, yaitu dari menciptakan kesadaran akan adanya masalah. Adapun pasien dengan penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang berbeda-beda seperti misalnya agresif, apatis, atau menarik diri. Hal ini karena penyakit kronis umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak sosial ekonomi kepada penderita-nya. Kepada pasien yang seperti ini, kesabaran dari petugas kesehatan sungguh sangat diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan promosi kesehatan atau Pemberdayaan.
     Tujuan pemberdayaan terhadap individu-individu pasien adalah agar yang bersangkutan:
     Mengembangkan pengertian dan sikap tentang penyakit yang dideritanya, sehingga tahu apa yang harus dilakukan dan kemudian terdorong untuk:
a.       Membantu mempercepat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatannya. Misalnya dengan selalu mengikuti secara tekun anjuran petugas kesehatan Rumah Sakit  dalam pengobatan penyakitnya.
b.      Mencegah terserang kembali oleh penyakit yang sedang dideritanya.
c.       Mencegah terjadinya penularan penyakitnya kepada orang lain.
d.      Memberi penjelasan (penyuluhan) kepada orang lain agar tidak terserang oleh penyakit yang sedang dideritanya.
e.       Mengembangkan pengertian dan sikap tentang peman-faatan sarana kesehatan secara benar (sesuai dengan kaidah rujukan). Yaitu jika sakit sebaiknya tidak lang-sung ke Rumah Sakit, melainkan ke Puskesmas terdekat terlebih dulu. Selanjutnya, Puskesmaslah yang akan menentukan apakah ia perlu dikirim ke Rumah Sakit atau tidak.
     Metode yang digunakan dalam hal ini dapat berupa pi-lihan atau kombinasi dari: dialog, demonstrasi, konseling, dan bimbingan, yang dilakukan di samping tempat tidur pasien (bedside health promotion). Bagi pasien-pasien yang sudah hampir sembuh, metode-metode yang dipilih dapat dilakukan secara berkelompok dalam satu ruangan. Media komunikasi yang digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: lembar balik, gambar/foto, dan skema, atau media lain yang mudah digunakan dan dibawa (bila digunakan untuk bedside health promotion).

b.      Pemberdayaan Keluarga/Kelompok
          Pemberdayaan terhadap keluarga/kelompok ditujukan untuk mengembangkan pengertian dan kemauan guna mendukung pasien dalam bentuk:
1.      Dukungan moral dan atau material dalam penyem-buhan penyakit.
2.      Upaya mencegah agar penyakit yang diderita pasien tidak menular kepada orang lain.
3.      Upaya mencegah agar jika pasien sudah sembuh tidak terserang kembali oleh penyakit yang sama.
          Jadi pemberdayaan keluarga/kelompok yang dilakukan di Rumah Sakit ini dapat pula disebut sebagai Bina Suasana di lingkungan Rumah Sakit. Pemberdayaan keluarga/kelompok di Rumah Sakit biasanya dilakukan sebelum atau sesudah keluarga/kelompok itu menjenguk pasien. Yaitu dengan jalan mengelompokan serta mengumpulkan mereka dalam ruangan-ruangan, sesuai dengan penyakit pasien yang dijenguknya.
          Metode yang digunakan dapat berupa salah satu atau kombinasi dari: dialog, demonstrasi, diskusi dan bimbingan.Media komunikasi yang digunakan juga dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: slide, radio spot, poster, gambar/foto, dan skema, atau media lain.
2.12       Peran Petugas Rumah Sakit
Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah :
1.         Memfasilitasi masyarakat  melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.
2.         Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut
3.         Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.


2.13       Peran Serta Masyarakat Tentang Upaya UKBM

2.13.1 Wujud peran serta masyarakat
                        Dari pengamatan pada masyarakat selama ini beberapa wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya. Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Sumber daya manusia
     Setiap insan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat. Wujud insan yang menunjukkan peran serta masyarakat dibidang kesehatan antara lain sebagai berikut :
a.       Pemimpin masyarakat yang berwawasan kesehatan
b.      Tokoh masyarakat yang berwawasan kesehatan, baik tokoh agama, politisi, cendikiawan, artis/seniman, budayaan, pelawak, dan lain-lain
c.       Kader kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya misalnya: kader posyandu, kader lansia, kader kesehatan lingkungan, kader kesehatan gigi, kader KB, dokter kecil, saka bakti husada, santri husada, taruna husada, dan lain-lain.

2.      Institusi/lembaga/organisasi masyarakat
     Bentuk lain peran serta masyarakat adalah semua jenis institusi, lembaga atau kelompok kegiatan masyarakat yang mempunyai aktivitas dibidang kesehatan. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut :
a.       Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yaitu segala bentuk kegiatan kesehatan yang bersifat dari, oleh dan untuk masyarakat, yaitu :
1.        Pos pelayanan terpadu (posyandu)
2.        Pos obat desa (POD)
3.        Pos upaya kesehatan kerja (Pos UKK)
4.        Pos kesehatan di Pondok Pesantren (poskestren)
5.        Pemberantasan penyakit menular dengan pendekatan PKMD (P2M-PKMD)
6.        Penyehatan lingkungan pemungkitan dengan pendekatan PKMD (PLp-PKMD) sering disebut dengan desa percontohan kesehatan lingkungan (DPKL)
7.        Suka Bakti Husada (SBH)
8.        Tanaman obat keluarga (TOGA)
9.        Bina keluarga balita (BKB)
10.    Pondok bersalin desa (Polindes)
11.    Pos pembinaan terpadu lanjut usia (Posbindu Lansia/Posyandu Lansia)
12.    Pemantau dan stimulasi perkembangan balita (PSPB)
13.    Keluarga mandiri
14.    Upaya kesehatan masjid
b.      Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mempunyai kegiatan dibidang kesehatan. Banyak sekali LSM yang berkiprah dibidang kesehatan, aktifitas mereka beragam sesuai dengan peminatnya
c.       Organisasi swadaya yang bergerak dibidang palayanan kesehatan seperti rumah sakit, rumah bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, balai pengobatan, dokter praktik, klinik 24 jam, dan sebagainya

BAB III
PENUTUP

33.1  Kesimpulan

            Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masayrakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatanpemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
            Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, “dari, oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri.

33.2  Saran

DAFTAR PUSTAKA

Riskiadi, Laode. 2012. Makalah Pemberdayaan Masyarakat.  http://kesmas-ode.blogspot.com/2012/10/makalah-pemberdayaan-masyarakat.html.diakses tanggal 12 September 2014 pukul 20 : 00 WIB

Supardan, Drg. Iman. 2013 Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan. http://doktergigi-semarang.blogspot.com/2013/06/pemberdayaan-masyarakat-bidang-kesehatan.html.diakses tanggal 12 September 2014 pukul 20 : 00 WIB

Suriatman, SKM. 2005. Konsep Pemberdayaan Manyarakat. http://bnnpsulsel.com/pencegahan/gerakan-pemberdayaan-masyarakat-sebuah-tinjauan-konsep-dalam-upaya-menekan-penyalahgunaan-narkoba-pusat-promkes-2005/html.diakses tanggal 12 September 2014 pukul 20 : 00 WIB

Wahyudi, Bambang. 2012. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Sebuah Tinjauan Konsep Dalam Upaya Menekan Penyalahgunaan Narkoba (Pusat Promkes, 2005). http://bnnpsulsel.com/pencegahan/gerakan-pemberdayaan-masyarakat-sebuah-tinjauan-konsep-dalam-upaya-menekan-penyalahgunaan-narkoba-pusat-promkes-2005/html.diakses tanggal 12 September 2014 pukul 20: 00 WIB

published by : http://kazusassi.blogspot.com

TAKE OUT FULL CREDIT